Cinta Terlarang
“Apa kabar dek?” Sapamu di ujung
telp,
“sudah makankah?”,
“bagaimana pekerjaanmu hari ini?”,
“ah sudahlah pulang saja, tak
usah bekerja di sana.”
“ku ajari kau kerja nanti sampai
kamu bisa”
“pulang saja lah, itu bukan tugas
mu dek”
“pulang ya”
“pulang aja deh”
Sapaan dan omongan seperti itu selalu kudengar setiap hari dan
setiap saat, setelah kedatanganmu beberapa waktu lalu, meski perjumpaan itu
hanya sebentar, tapi mampu membuat hati kita terpaut dan punya rasa, bukan rasa
ingin memiliki selayaknya remaja sedang jatuh cinta, tapi rasa nyaman.
Kenyamanan yang kau berikan
benar-benar membuatku bisa berpikir, bahwa semua ini bukan semata tanggung
jawabku, ini adalah tanggung jawab berdua aku dan suamiku, tapi apalah daya
semua aku yang menanggung karena pekerjaan suamiku tak sebanding dengan kondisi
kami, tapi kamu dengan tidak bosan dan terus saja memacu semangat ku untuk
pulang dan bekerja di rumah, membuat pertahananku goyah.Tiba-tiba saja aku
ingin pulang, akupun tak tahu kenapa rasa itu begitu kuat.
Setiap pagi kau selalu menyapaku,
kadang membangunkanku, dengan dering telp itu, aku menjadi lebih semangat
menyambut pagi, berbeda sekali dengan suamiku, dia tidak pernah seperti kamu
menelponku, tak pernah secepat kamu menanyakan kabarku, tak pernah mencoba
mengoyahkan pendirianku untuk tidak pulang. Begitulah setiap hari kau
mengobarkan semangatku, membuatku tersenyum dengan omongan-omonganmu. Begitulah
aku setiap hari membedakan kamu dengan suamiku, aku benar-benar tak tahu dan
mengerti dengan hatiku dan rasa ini.
Sebulan sudah setelah pertemuan dan
obrolan-obrolan kita, terlihat singkat tapi cukup buatku untuk mengerti rasa
dihatiku, sehari saja aku tak mendengar suaramu, membuatku kelimpungan
seharian, meski aku tahu kamu sibuk dengan pekerjaanmu, atau kamu sedang
bersama istri dan keluargamu. Yah memang benar kamu sudah menikah bahkan sudah
punya 2 anak, kita sama-sama sudah menikah, tapi aku tak bisa membohongi hatiku
yang aku tahu aku nyaman bersamamu di banding suamiku sendiri, aku tak tahu
denganmu sekedar main-main atau kau benar-benar nyaman denganku.
Aku tahu ini keliru, tapi aku tak
kuasa menolak ini semua, ya tuhan maafkan hambamu ini, aku tak bisa menolak
rasa nyaman yang dia berikan padaku, meski aku tahu dia lelaki milik orang
lain, pun sebaliknya aku. Tapi aku tak berdaya tuhan. Rasa ini benar-benar
nyata.
Mencintaimu adalah dosa, aku tahu
benar itu. Di lubuk hatiku ingin sekali aku melupakan semua tentang kamu. Aku sadar
semua ini tak boleh terjadi, tapi aku terlalu rapuh untuk mengakhiri hubungan
terlarang ini. Aku tak mampu jika harus aku sendiri yang harus menyudahi rasa
ini.
Terlalu indah kebersamaan kita
meski hanya sebentar, aku tahu aku keliru dengan tanpa dosa aku menerima semua
kebaikanmu, menerima rasa kenyamanan yang kau berikan, tapi aku tahu kaupun
keliru dengan kisah ini, kita berdua yang tanpa dosa menyakiti pasangan kita. Tapi
aku tahu kita tak berdaya dengan semua ini. Maafkan aku mas jika aku punya rasa
ini buatmu. Aku tahu ini salah. L.
Ya Tuhan maafkan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar